Kontributor: Stephanie Surianto (@stephaniesurianto)
Fotografer: Jackson Surianto (@jacksonsurianto)
Hi, Learners! Istilah linocut mungkin terdengar asing di telingamu. Linocut merupakan teknik mencungkil permukaan linoleum (karet lino) yang biasanya dialasi oleh alas kayu. Pembuat linocut mencungkil dengan menggunakan pisau tajam khusus linocut, dan hasilnya bisa digunakan seperti stempel.
Nah, kali ini Tim KelasHobi mengikuti kelas linocut yang diadakan oleh Bapak Yassir Malik (IG: @yassir_malik69). Sekalian, kami juga mewawancarai Bapak Yassir. Yuk, kita simak ceritanya!
1. Apa sih latar belakang pendidikan Bapak?
“Latar pendidikan Seni Rupa Seni Murni (Fine Art), dari SMA sudah tau mau masuk Seni Rupa tapi ga tau mau ambil seni rupanya apa, jadi pada saat ambil Seni Cetak seperti ‘kecelakaan’, tapi kecelakaan yang membahagiakan karena ternyata saya suka dengan seni cetak ini pada saat kuliah.
2. Sejak kapan Bapak mulai mendalami linocut?
“Linocut ini saya dalami pada saat di Jakarta sekitar tahun 2001,dikenalkan oleh teman-temen seniman di Jakarta.”
3. Dari mana sih asalnya linocut ini?
“Kalau liat di Wikipedia pertama kali dibawa oleh Baharuddin Mahasutan dan Mochtar Apin, kaitannya dengan untuk menyiarkan tentang kemerdekaan Indonesia ke negara-negara tetangga. Kalau ga salah, grafis tahun ’46 itu menggunakan linocut atau woodcut, sama dengan yang Anda pelajari hari ini.”

4. Apakah ada komunitas linocut, Pak?
“Ada. Asosiasi Seni Grafis Indonesia, kalau luar negeri ada yang di Spanyol. Karena sekarang jaman digital, di FB ada Linocut Friend, Printmaking International, Relief Print Making, yang kebetulan saya ada ikut semua.”
5. Sudah berapa lama Bapak membuka workshop ini?
“Sudah jalan 1 tahun.”
Berapa lama sekali kelasnya, Pak?
“Sebulan sekali.”
6. Biasa demografi peserta workshopnya gimana, Pak?
“Minimal 15 tahun ke atas karena saya takut tangannya luka, 1 grup maksimal 9 orang. Cewek atau cowok bebas.”
7. Modal peralatannya mahal, nggak?
“Seperti yang sudah dicoba di workshop, bisa pakai sendok dan lainnya. Benda penggantinya banyak, seperti menggunakan tinta offset walaupun sebenernya ada tinta khusus untuk relief print. Lalu kalau ga ada mesin bisa pakai sendok, jadi relatif lebih murah.”
8. Ada level-level pengajarannya, Pak?
“Ada basic, intermediate dan advance, ada yang multiplat, ada yang 1 plat dicungkil sampai habis kemudian ditumpuk lagi. Hari ini yang kita pelajari adalah yang praktis karena mencampur painting dan print.”
8. Kapan workshop lagi, Pak?
“Bulan Oktober.”
Pingin lihat bagaiamana proses pembuatan linocut?
9. Apa sudah kerja sama dengan platform yang memasarkan workshop, Pak?
“Baru aja buka kerja sama dengan maubelajarapa.com.”
Buatmu yang pingin belajar linocut, ini detail workshop yang diadakan oleh Pak Yassir:
- Penyelenggara: Temu di Atas (IG: @temudiatas)
- Lokasi: Kafe KIni dan Nanti Kopi, Pasar Minggu
- Alat mencungkil, cat, dan bahan lainnya dipinjamkan dan dipakai bersama. Tersedia 2 pilihan media cetak: pouch untuk sedotan stainless atau tote bag.
- Harga: IDR 300 ribu
- Opsional: Starter Kit Linocut seharga 225 ribu, mendapat: 1 handle pisau Lino, 1 pisau Lino U, 1 pisau Lino V, 1 roll karet 5 cm, 1 karet lino ukuran 10 x 10 cm, ink hitam 60 ml.
Sampai bertemu di review kelas-kelas lainnya, ya!

Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Linocut
Foto: galeri pribadi Jackson Surianto
Leave a Reply